Wednesday, October 8, 2014

ASAGAO (Bunga Asagao)


Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang pemuda yang bernama Hikoichi. Dia memiliki kepercayaan diri tidak akan kalah dari siapa pun dalam hal bertanam bunga asagao.. Hikoichi mengunjungi istana dan bahkan di depan Raja pun ia dengan sombongnya berkata,
“Wahai Sang Raja, Di halaman rumah saya sekarang ini ada 100 lebih pot asagao. Bunganya tidak terhitung banyaknya, dan mekar berwarna-warni.”
“Oh ya, kalau begitu saya ingin melihatnya barang sekali saja.”
“Saya senang sekali. Segera akan saya bawakan barang 10 pot.”
“Oh tidak, Saya ingin melihat asagao yang mekar serempak di halaman rumahmu itu.. Besok saya akan mampir sepulang dari ziarah.”
“Terima kasih banyak…. Nomong-ngomong, jam berapa pulang dari ziarahnya?”
“Hmm….Sekitar siang hari.”
Hikoichi tersentak kaget.
Ini menjadi hal yang sangat pelik. Karena asagoa adalah bunga yang mekar di waktu pagi-pagi sekali. Tidak mungkin ia akan tetap mekar dengan indahnya hingga siang hari.
“Ada apa Hikoichi. Apakah kamu baik-baik saja?”
“Tidak, saya baik-baik saja.”
Hikoichi yang tidak suka kekalahan menunjukkan wajah yang kaku.
            “Terima kasih telah menerima kedatangan saya. Akan saya perlihatkan bunga segar yang baru mekar.
“Kalau begitu, saya tidak sabar menunggu besok.”
            Hikoichi yang telah pulang ke rumahnya berpikir dengan keras. Kemudian ia mendapatkan ide yang bagus.
            “Dengan ini pasti akan berhasil”
            Pagi hari berikutnya, matahari bersinar terik. Mendekati siang menjadi semakin panas saja.
            “Hikoichi sombong sekali. Tentu sekarang ia sedang kebingungan. Karena tidak mungkin asagao mekar di siang hari.”
Sambil berpikiran demikan, Raja sesuai janjinya tiba di rumah Hikoichi. Hikoichi menyambutnya dengan tersenyum.
“Silahkan. Lewat sini.”
Raja memasuki halaman, “Ini menakjubkan sekali
Di dalam 100 buah pot lebih terlihat asagao yang semarak.
“Tidak mungkin, terlihat seperti bunga buatan.”
“Anda tidak salah, ini adalah bunga asli, bunga yang baru saja mekar.”
“Apakah kamu punya rahasia khusus?”
“Ha..ha…ya..punya.”
“Apa rahasianya?”
“Saya akan menceritakannya, tapi saya mempunyai sebuah permintaan…”
“Silahkan, bilang saja.”
“Sebenarnya, karena panas matahari air di ladang menjadi kering. いねTunaspun menjadi layu. Dan saya mengambil air kolam yang terdapat di kediaman Raja.”
“Saya mengampuni apa yang telah kamu lakukan.”“
“Terima kasih, “ Hikoichi menundukkan kepalanya dalam-dalam.
“Ngomong-ngomong, apa rahasia yang kamu bilang tadi?”
“Oh bukan hal penting. Saya hanya sedikit menipu asagao.”
“Hah, menipu?”
“Ya, asagao akan mekar begitu pagi mulai terang. Sebelum itu pada malam harinya, saya menaruh semua pot asagao di tempat yang gelap. Dan tepat sesaat sebelum Raja datang, saya mengangkutnya ke sini. Asagao kemudian mekar dengan serempak seperti yang Raja lihat ini.”
“Engkau menyadari hal pentingnya, ya. Sungguh sangat pintar.”
Pada hari berikutnya, air yang terdapat di kediaman Raja mengaliri sawah ladang penduduk. Tidak terkira betapa senangnya hati para penduduk.
“Terima kasih. Ini semua berkat Hikoichi.”
Lambat laun nama Hikoichi menjadi terkenal.


*** Pesan Moral ***
Usaha yang sungguh-sungguh akan menemukan hasil.

HEPPIRI YOMEGO (Menantu yang Suka Kentut)

Pada jaman dahulu kala, di sebuah rumah hiduplah seorang pemuda dan ibunya.
            Kemudian pemuda itu menikah, istrinya adalah seorang yang sangat giat bekerja, dari pagi sampai malam bekerja tiada henti. Di samping itu, sang istri juga ramah, sehingga pemuda dan ibunya merasa bahagia sekali mendapatkan istri dan menantu yang begitu baik.
            Tetapi, setelah 10 hari, 20 hari berlalu, menantu perempuannya itu terlihat, tidak sehat, wajahnya pucat dan makin kurus.
            Ibu yang cemas bertanya pada menantunya, “Apakah kamu tidak enak badan? Katakan saja, jangan malu-malu.”
            Kemudian menantu pun berkata, “Tidak, saya tidak apa-apa. Tidak ada yang sakit, hanya saja…” katanya dengan gelisah.
            “Sebenarnya, saya hanya ingin kentut saja.” Menurut menantu, sejak menikah ia berpikir tidak boleh kentut, dan berusaha ditahannya sampai sekarang.
            “Oh, ternyata soal itu. Kalau kentut, kan semua orang melakukannya. Tidak ada gunanya menahan kentut sampai badan menjadi tidak sehat begini.”
            “Tapi, kentut saya lain.”
            “Tidak apa-apa. Lebih baik cepatlah kentut.”
            “Kalau begitu, maaf ya…” kata menantu, segera menggulung lipatan bajunya ke atas, kemudian terkentut. Kentut yang sangat menggelegar. TUUT.
            Bunyinya seperti meriam menggelegar, dan hembusan anginnya sangat kencang, sehingga sang ibu diterbangkan anginnya sampai ke ladAng kubis di seberang rumah.
            Saat itu anaknya pulang ke rumah.
            “Ibu, apa yang engkau lakukan di situ?”
            Ditanya begitu, ibu pun marah-marah pada anaknya. ”Menantu seperti itu harus pergi dari rumah ini.” Berkata begitu, ibu memutuskan untuk memulangkan menantu ke rumah orang tuanya.
            Menantu mengemasi barang-barangnya, kemudian sang anak laki-laki mengantarkan  sampai ke desa, bersama mereka berangkat dari rumah.
            Di tengah perjalanan ada sebuah jembatan yang terbuat dari pohon besar. Tiga orang pedagang yang sedang berkelana melintasi jembatan itu, mereka sedang melempar dengan batu bermaksud untuk mengambil buah pir, tapi tidak berhasil.
            Melihat hal itu, menantu berkata.
            “Benar-benar mereka orang yang tidak berguna. Saya akan memperlihatkan bahwa dengan terkentut bisa mengambil buah itu.”
            Ketiga pedagang mendengar perkataan menantu, “Perempuan ini telah mengolok kami.” Katanya marah.
            “Jika kalian bilang ambil, dan saya bisa mengambilnya dengan terkentut saja, lalu bagaimana?”
            “Baiklah. Jika kamu bisa mengambil buah pir dengan terkentut, maka akan kami beri kain dagangan kami ini beserta kuda-kudanya.” Ketiga pedagang itu berujar. Menantu gembira, dan menyingsingkan lengan bajunya, “Kalau begitu, maaf ya,” ia mulai terkentut.
TU…TU…TUU…TUUUTTT.
Dan buah pir pun berjatuhan.
Tung…tung…tung…
            Sedangkan pedagang kain itu semuanya diterbangkan ke atas pohon pir, “Tolong !!”
Teriak mereka berusaha bertahan di atas pohon. Begitu menantu menghentikan kentutnya, pedagang-pedagang itu turun dari pohon dengan wajah pucat pasi.
            Sesuai perjanjian maka menantu mendapatkan 3 ekor kuda dengan semua kain-kainnya.
            “Menantu yang berguna seperti ini semestinya ada di rumah.”, berkata demikian anak laki-laki pun membawa menantu pulang kembali ke rumahnya.
            Kemudian didirikanlah sebuah ruangan di dalam rumah yang diberi nama heya, (ditulis (he)(ya), (he) artinya kentut dan (ya) artinya ruangan), tempat di mana menantu melepaskan kentutnya saat ingin terkentut.
            Apakah ini adalah asal kata 部屋(heya) (ruangan) dalam bahasa Jepang ? Entahlah apa benar begitu.


*** Pesan Moral ***

Suatu kekurangan bisa jadi adalah sebuah kelebihan 

KURAGE NO HONE-NASHI (Ubur-ubur yang Tidak Bertulang)



Pada zaman dahulu kala, terdapatlah kisah tentang Istana Naga di laut.
Putri satu-satunya dari Raja Istana Naga itu jatuh sakit. Dimintalah Peramal untuk meramal tentang penyakit sang putri. Kemudian Peramal berkata, “Penyakit ini tidak akan sembuh jika tidak makan hati monyet.” Sungguh, ini merupakan hal yang sangat pelik. Karena di dalam laut tidak akan ada monyet, kelinci dan lainnya. Tetapi, Raja yang sangat ingin menyembuhkan penyakit putrinya, memanggil Kura-kura dan berkata, “Kamu bisa tinggal di dalam laut, dan bisa hidup pula jika berada di daratan. Saya meminta kepadamu yang mengenal kedua dunia itu, untuk pergi mengambilkan hati monyet.”
“Baiklah saya mengerti. Saya akan mencoba mencarinya.”
Kura-kura berenang melintasi ombak, dan sampailah pada sebuah pulau.
Kemudian begitu ia menemukan monyet, “ Monyet apakah engkau ingin pergi tamasya ke Istana Naga?”
Monyet adalah binatang yang penuh dengan rasa ingin tahu. Ia menjadi sangat senang, “Saya pernah berpikir untuk pergi ke situ barang sekali saja.”
“Kalau begitu, ayolah saya antarkan. Naiklah ke atas punggungku.”
Monyet naik ke atas punggung Kura-kura dan berpegangan erat-erat, dalam waktu singkat sampailah di Istana Naga. Istana yang sangat megah berkilauan. Kura-kura menurunkan monyet di depan gerbang istana. “Monyet, engkau tunggu sebentar di sini, ya.”
Monyet melihat sekeliling dengan gelisah. Begitu melihat wajah monyet, Ubur-ubur penjaga gerbang tertawa menyeringai.
“Kenapa engkau tertawa menyeringai melihat wajahku? Bukankah itu tidak sopan?” kata Monyet.
“Monyet apakah engkau tidak mengetahuinya?”
“Ada apa?”
“Putri raja satu-satunya karena sakit harus makan hati monyet. Itulah kenapa kamu dibawa ke sini. Hidupmu tidak akan lama loh.” Monyetpun terkejut begitu diberitahu oleh Ubur-ubur. Pada saat itu, datanglah Kura-kura menjemput Monyet.
“Ayo Monyet, silahkan lewat sini.”
Seperti tidak ada apa-apa, Monyet berjalan mengikuti Kura-kura.
“Kura-kura, ada hal yang saya khawatirkan.”
“Apa itu ?”
“Hari ini sepertinya cuaca sangat buruk. Sebenarnya, saya datang tanpa membawa hati yang saya jemur di pohon di gunung, tapi dalam cuaca begini harusnya saya bawa hati saya itu. Karena jika kehujanan maka hatinya akan mencair loh.”
Mendengar hal itu, Kura-kura menjadi kecewa.
“Oh, ternyata engkau datang tanpa membawa hatimu.Apa boleh buat, ayo kita pergi mengambilnya kembali.”
Kemudian Kura-kura menaikkan Monyet ke atas punggungnya, dan kembali ke pulau.
“Monyet kita sudah sampai. Cepatlah ambil kembali hatimu itu.”
“Terima kasih,” berkata begitu Monyet segera melarikan diri ke gunung, dan memanjat dahan pohon yang paling tinggi, tersenyum menyeringai. Karena Monyet tidak kembali turun juga, Kura-kura memanggil, “Monyet, ada apa gerangan?”
Kemudian Monyet menjawab, “Tidak ada gunung di dalam laut. Tidak ada hati di luar tubuh.”
Mendengar itu Kura-kura berpikir tentu Ubur-ubur telah bercerita, dan dengan marahnya Kura-kura kembali ke Istana Laut.
Sebagai hukuman bagi Ubur-ubur yang membuka rahasia, dicabutlah tulangnya, karena itulah ubur-ubur tubuhnya lembek seperti sekarang ini.

*** Pesan Moral ***
Kecerdasan akan mengalahkan kejahatanan

Wednesday, October 1, 2014

BYOUBU NO TORA (MACAN PADA SKETSEL)



            Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang biksu yang hebat bernama Ikkyuu. Ini adalah cerita Ikkyuu sewaktu masih menjadi biksu muda yang cerdik dan tangkas.
Kabar tentang kecerdikan Ikkyuu itu didengar oleh Sang Jenderal. Jenderal pun berkata, “Baiklah saya akan memperdaya Ikkyuu,”  dan pada suatu hari dipanggilnya Ikkyuu menghadap.
“Hei Ikkyuu, saya ada satu permintaan padamu,” berkata begitu, Jenderal membawa Ikkyuu ke depan sebuah sketsel (pembatas ruangan lipat) yang bergambar macan.
“Macan ini setiap malam lepas dan melakukan keonaran, sangat mengganggu sekali. Dengan kekuatanmu saya minta Engkau untuk mengikatnya.”
“Eh, macan pada sketkel ini?”
Ikkyuu matanya menjadi terbelalak.
Bagaimanapun juga untuk mengikat lukisan seekor macan adalah hal yang mustahil.
Namun Ikyyu mengangguk dengan tegas.
“Baiklah, saya mengerti.”
Ikkyuu memasang ikat kepala dengan erat, kemudian…
“Jenderal, cepat pinjamkanlah saya tali untuk mengikat macan,” katanya. Begitu berdiri di depan sketkel,
“Jenderal, jangan berdiri di situ, berbahaya. Nanti macannya mengamuk, berputarlah ke belakang sketkel. Kemudian usirlah macan itu dari belakang.”
“A…Apa !?”
Jenderal kaget,
“Hei Ikkyuu, apa Engkau menyuruhku untuk mengusir lukisan macan?”
“Ya, minta tolong Jenderal.”
Ikkyuu berkata tanpa melihat pada Jenderal yang telah pucat mukanya.
“Jika Jenderal tidak bisa mengusir lukisan macan, saya tidak akan bisa mengikatnya.”
“Uhmm…baiklah saya mengaku kalah.”
Benar-benar Ikkyuu yang cerdik ya…

*** Pesan Moral ***
Kecerdikan bisa mengatasi segala masalah.